MAKALAH SURVEILANS EPIDEMIOLOGI
Tentang
DIABETES MELITUS
Disusun Oleh : 1. Darmi
2. Debi Mizwar
3. Juwita Ningsih
4. Syafira Hasanah
Kelas
: PSKM 5 Internasional 1 (Satu)
Dosen pembimbing : Yudi Setiawan SKM,M.Epid
PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
BINA HUSADA PALEMBANG
2012
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan atas
kehadiran ALLAH SWT, berkat rahmat dan karunia_Nya jualah, kami dapat
menyelesaikan makalah tentang Diabetes Melitus.
Makalah ini dibuat berdasarkan hasil pencarian
yang telah kami dapatkan. Dan kami juga mengucapkan terima kasih kepada dosen
pembimbing yang telah memberikan bimbingan kepada kami sehingga kami dapat
menyelesaikan pembuatan makalah ini.
Adapun maksud dari penulisan makalah
ini adalah sebagai tugas yang diberikan oleh dosen pembimbing dan untuk
menambah pengetahuan kami tentang Diabetes Melitus.
Dalam penulisan makalah ini kami
menyadari bahwa banyak kekurangan, untuk itu kritik dan saran yang sifatnya
membangun dari pembaca yang sangat bermanfaat diperlukan demi kesempurnaan
makalah selanjutnya. Kami juga mengharapkan
semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua khususnya kami sebagai penulis dan diharapkan
ALLAH SWT akan membalas segala kebaikan kita. Amin yaa Robal Alamin.
Palembang, Oktober 2012
Penyusun
DAFTAR ISI
Kata Pengantar................................................................................................. i
Daftar Isi............................................................................................................ ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang............................................................................... 1
1.2 Rumusan
Masalah........................................................................... 3
1.3 Tujuan……………………………………………………………. 3
BAB II PEMBAHASAN
2.1
Pengertian Diabetes Melitus………………………...…………… 4
2.2 Patofisiologi
penyakit Diabetes Melitus………………………… 5
2.3 Klasifikasi
penyakit Diabetes Melitus ..…………………….……. 7
2.4 Tanda dan
gejala penyakit Diabetes Melitus……………………..
8
2.5 Diagnosa Penyakit Diabetes
Melitus…………………………..…. 9
2.6 Faktor Pencetus penyakit
Diabetes Melitus……………………... 11
2.7 Pengobatan penyakit Diabetes
Melitus……………………….…. 13
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan……………………………………………………… 19
3.2 Saran...............................................................................................
20
DAFTAR
PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Diabetes Mellitus adalah salah satu diantara
penyakit degenerative yang berkaitan erat dengan penyakit metabolisme dan
cenderung akan mengalami peningkatan, sehingga dampak adanya pergeseran
perilaku pola konsumsi gizi makanan. (Singgih B, et al. 2003)
Diabetes Mellitus (DM) merupakan salah satu masalah
kesehatan yang
berdampak pada produktivitas dan dapat menurunkan Sumber Daya Manusia.
Penyakit ini tidak hanya berpengaruh secara individu, tetapi sistem kesehatan
suatu negara. Walaupun belum ada survei nasional, sejalan dengan perubahan
gaya hidup termasuk pola makan masyarakat Indonesia diperkirakan penderita
Diabetes mellitus ini semakin meningkat, terutama pada kelompok umur dewasa keatas pada seluruh status sosial ekonomi. Saat ini upaya penanggulangan penyakit Diabetes mellitus belum menempati skala prioritas utama dalam pelayanan kesehatan,walaupun diketahui dampak negatif yang ditimbulkannya cukup besar antara lain komplikasi kronik pada penyakit jantung kronis, hipertensi, otak, system saraf, hati, mata dan ginjal.
berdampak pada produktivitas dan dapat menurunkan Sumber Daya Manusia.
Penyakit ini tidak hanya berpengaruh secara individu, tetapi sistem kesehatan
suatu negara. Walaupun belum ada survei nasional, sejalan dengan perubahan
gaya hidup termasuk pola makan masyarakat Indonesia diperkirakan penderita
Diabetes mellitus ini semakin meningkat, terutama pada kelompok umur dewasa keatas pada seluruh status sosial ekonomi. Saat ini upaya penanggulangan penyakit Diabetes mellitus belum menempati skala prioritas utama dalam pelayanan kesehatan,walaupun diketahui dampak negatif yang ditimbulkannya cukup besar antara lain komplikasi kronik pada penyakit jantung kronis, hipertensi, otak, system saraf, hati, mata dan ginjal.
Keberhasilan upaya pembangunan kesehatan dapat
diukur dengan menurunnya angka kesakitan, angka kematian umum dan bayi, serta
meningkatnya umur harapan hidup (UHH), namun masa transisi demografi akibat
keberhasilan upaya menurunkan angka kematian dapat menimbulkan transisi
epidemiologis, sehingga pola penyakit bergeser dari infeksi akut penyakit
degenerative yang menahun.
Menurut WHO angka penyandang penyakit yang popular
dengan sebutan kencing manis memang cukup fantastis, yaitu menempati urutan ke
4 terbesar di dunia. Menurut data WHO, dunia kini didiami oleh 171 juta
penderita diabtes mellitus (2000) dan akan meningkat dua kali menjadi 366 juta
pada tahun 2030. Dari 50% yang sadar mengidapnya, hanya 30% yang rutin berobat.
Kecenderungan peningkatan prevalensi akan membawa perubahan posisi diabetes
mellitus semakin menonjol, yang ditandai dengan perubahan atau kenaikan
peningkatannya dikelompok 10 besar (leading diseases). Selain itu diabetes
mellitus makin member kontribusi yang lebih besar terhadap kematian ( ten
diseases leading cause of death). (Bustan, 2007)
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana
patofisiologi penyakit Diabetes Melitus ?
2. Apa
saja klasifikasi penyakit Diabetes Melitus ?
3. Bagaimana
diagnosa penyakit Diabetes Melitus ?
4. Bagaimana
cara pengobatan Diabetes Melitus
13. Tujuan
1. Untuk
mengetahui bagaimana patofisiologi penyakit Diabetes Melitus
2. Untuk
mengetahui klasifikasi penyakit Diabetes Melitus
3. Untuk
mengetahui bagaimana diagnosa penyakit Diabetes Melitus
4. Untuk
mengetahui bagaimana cara pengobatan Diabetes Melitus
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Diabetes Melitus
Diabetes mellitus, DM (bahasa Yunani:
διαβαίνειν, diabaínein, tembus
atau pancuran air) (bahasa Latin:
mellitus, rasa manis) yang juga
dikenal di Indonesia dengan istilah penyakit kencing gula adalah kelainan metabolis
yang disebabkan oleh banyak faktor, dengan simtoma
berupa hiperglisemia
kronis dan gangguan metabolisme karbohidrat,
lemak
dan protein.
Menurut American Diabetes Asosiation (ADA) 2003,
diabetes itu merupkan suatu kelompok penyakit metabolic dengan karakteristik
hyperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau
kedua-duanya. Sedangkan menurut WHO tahun 1980 diabetes mellistus merupakan
suatu yang tidak dapat dituangkan dalam satu jawaban yang jelas dan singkat
tetapi secara umum dapat dikatakan sebagai suatu kumpulan problema anatomi dan
kimiawi yang merupakan akibat dari sejumlah faktor dimana didapat defisiensi
insulin absolute atau relative dan gangguan fungsi insulin.
Diabetes mellitus merupakan sekelompok kelainan yang
ditandai oleh peningkatan kadar glukosa darah( hyperglikemia) mungkin terdapat
penurunan dalam kemampuan tubuh untuk merespon terhadap insulin dan atau
penurunan atau tidak terdapatnya pembentukan oleh pancreas ( Burnner dan
suddarrth, 2003)
2.2 Patofisiologi
Pada
manusia bahan bakar itu berasal dari bahan makanan yang kita makan
sehari-hari, yang terdiri dari karbohidrat ( gula dan tepung-tepungan), protein
(asam amino) dan lemak (asam lemak). Pengolahan bahan makanan dimulai dari
mulut kemudian ke lambung dan selanjutnya ke usus. Di dalam saluran pencernaan,
makanan yang terdiri dari karbohidrat dipecah menjadi glukosa, protein dipecah
menjadi asam amino dan lemak menjadi asam lemak. Ketiga zat makanan itu
diedarkan ke seluruh tubuh untuk dipergunakan oleh organ-organ di dalam tubuh
sebagai energy. Supaya berfungsi sebagai energy zat makanan itu harus diolah,
dimana glukosa dibakar melalui proses kimia yang menghasilkan energy yang
disebut metabolisme. Dalam proses metabolisme insulin memegang peranan penting
yaitu memasukkan glukosa ke dalam sel yang digunakan sebagai bahan bakar (
FKUI, Depkes, WHO, 2004)
Insulin yang dikeluarkan oleh sel beta tadi dapat
diibaratkan sebagai anak kunci yang dapat membuka pintu masuknya glukosa ke
dalam sel, untuk kemudian di dalam sel glukosa itu di metabolismekan menjadi
tenaga. Bila insulin tidak ada, maka glukosa dapat masuk ke sel dengan akibat
glukosa akan tetap berada didalam pembuluh darah yang artinya kadarnya didalam
darah meningkat. Dalam keadaan seperti ini badan akan menjadi lemah karena
tidak ada sumber energy di dalam sel. Inilah yang terjadi pada diabetes
mellitus tipe 1.
2.2.1
Patofisologi diabetes
mellitus tipe 1
Insulin pada diabetes mellitus tipe 1 tidak ada, ini
disebabkan oleh karena pada jenis ini timbul reaksi otoimun yang disebabkan
adanya peradangan pada sel beta insulitis. Ini menyebabkan timbulnya antibody
terhadap sel beta yang disebut ICA ( Islet Cell Antibody). Reaksi antigen (sel
beta) dengan antibody ditimbulkannya menyebabkan hancurnya sel beta.
2.2.2
Patofisiologi diabetes
mellitus tipe 2
Pada diabetes mellitus tipe 2 jumlah insulin normal
malah mungkin lebih banyak tetapi jumlah reseptor insulin yang terdapat pada
permukaan sel yang kurang. Reseptor insulin ini dapat diibaratkan sebagai
lubang kunci pintu masuk ke dalam sel.
Penyebab resistensi insulin pada
diabetes mellitus tipe 2 sebenarnya tidak begitu jelas, tetapi faktor-faktor
dibawah ini bayak berperan:
ü obesitas terutama bersifat sentral ( bentuk
apel)
ü Diet
tinggi lemak dan rendah karbohidrat
ü Kurang
gerak badan
ü Factor
keturunan
2.3 Klasifikasi Diabetes Melitus
Ada beberapa tipe Diabetes Melitus
yang berbeda. Penyakit ini dibedakan berdasarkan penyebab, perjalanan klinik dan
terapinya. Klasifikasi Diabetes Melitus yang utama adalah:
2.3.1
Diabetes Melitus Tipe 1
: diabetes mellitus tergantung insulin ( Insulin Dependent Diabetes
Melitus/IDDM)
Kurang dari 5-10% penderita mengalami diabetes yang
tergantung insulin. Pada diabetes jenis ini, sel-sel beta pancreas yang dalam
keadaan normal menghasilkan hormon insulin dihancurkan oleh suatu proses
autoimun. Sebagai akibatnya, penyuntikan insulin diperlukan untuk mengendalikan
kadar gula darah.
2.3.2
Diabetes Melitus Tipe
2: diabetes mellitus tidak tergantung insulin (Non – Insulin Dependent Diabetes
Melitus/NIDDM)
Kurang dari 90-95% penderita mengalami diabetes tipe
2, yaitu diabetes yang tidak tergantung insulin. Diabtes tipe 2 terjadi akibat
penurunan sensitifitas insulin ( retensi insulin). Sebagian besar penderita
diabetes tipe 2, obat oral tidak mengendalikan keadaan hyperglikemia. Sebagian
penderita diabetes tipe 2 dapat mengendalikan diabetesnya dengan diet, latihan,
obat hypoglikemia oral dan mungkin memerlukan penyuntikan insulin dalam periode
stress fisiologi akut seperti sakit atau pembedahan.
2.4 Tanda dan gejala diabetes
·
Gejala khas
1. Gejala
khas
a. Poliuria
(sering kencing terutama di malam hari)
b. Poliphagia
(banyak makan atau cepat lapar)
c. Polidipsia
(rasa haus yang berlebihan)
2. Gejala
lain
a. Kelainan
kulit seperti gatal dan bisul. Biasanya, bagian tubuh yang terasa gatal adalah
daerah genital atau daerah lipatan kulit,seperti ketiak bawah payudara dan
pelipatan paha.
b. Katarak
atau gangguan refraksi akibat perubahan-perubahan pada lensa akibat akibat
hiperglikemia
c. Kelainan
ginekologi,seperti keputihan yang di akibatkan adanya jamur candida dan
kelainan pola haid.
d. Impotensi
pada laki-laki
e. Kesemutan
dan mati rasa (baal) pada jari tangan dan kaki yang di akibatkan neuropati.
f. Luka
atau bisul yang tak kunjung sembuh, meskipun luka hanya timbul karena hal
sepele,seperti luka lecet.
g. Tubuh
merasa lemah dan mudah merasa lelah
h. Berat
badan menurun tanpa penyebab khusus.
2.5 Diagnosa Diabetes Mellitus
Menurut Utami P,(2003) Diabetes mellitus dapat
didiagnosis secara baik melalui pemeriksaan laboratorium dengan melakukan
pemeriksaan darah. Kriteria diagnosa Diabetes mellitus diambil dari keputusan
organisasi kesehatan dunia (WHO) yaitu berdasarkan kadar gula atau glukosa
darah. Diagnosa diabetes millitus dapat di tetapkan dengan mengukur kadar
glukosa darah ketika puasa dan 1-2 jam setelah meminum larutan glukosa 75 gram
(tes toleransi oral). Kadar glukosa darah ketika puasa menunjukan keadaan
pruduksi insulin tubuh yang bersifat basal atau dasar. Beberapa parameter yang
dapat digunakan untuk mendiagnosis diabetes mellitus adalah sebagai berikut :
a. Seorang
dikatakan menderita diabetes mellitus,jika kadar gula darah sewaktu ≥200 mg/dl.
(gula darah sewaktu adalah kadar glukosa darah pada suatu saat yang dapat
berubah sepanjang hari dengan jumlah karbohidrat yang dimakan.
b. Seseorang
dikatakan menderita diabetes mellitus jika kadar glukosa darah ketika puasa
> 126 mg/dl atau 2 jam setelah meminum larutan glukosa 75 gram menunjukkan
kadar glukosa darah >200 mg/dl.(puasa = tidak ada masukan makanan atau
kalori sejak 10 jam terakhir).
c. Seseorang
dikatakan normal atau tidak menderita diabetes mellitus jika kadar glukosa
darah ketika puasa adalah < 110 mg/dl,kadar glukosa darah 1 jam
Rekomendasi WHO kriteria diagnosis diabetes mellitus
dan hipoglikemia intermediate :
Jenis pemeriksaan
|
Nilai normal
|
Diabetes :
·
Glukosa
puasa
·
Glukosa 2
jam pp
|
> = 7.0 mmol/1 (126mg/dl), atau
> = 11.1 mmol
(200mg/dl)
|
Impaired glucose
tolerance (IGT)
·
Glukosa
puasa
·
Glukosa 2
jam pp
|
< = 7.0 mmol/1
(126)mg/dl, dan
> = 7.8 mmol/1
dan < 11.1 mmol (140 mg/dl dan 2000 mg/dl)
|
Impaired fasting
glucose (IFG)
·
Glukosa
puasa
·
Glukosa 2
jam pp
|
6.1 – 6.9 mmol/1 (110 – 125 mg/dl), dan
< 7.8 mmol/1 (140 mg/dl)
|
+
glukosa plasma vena 2 jam setelah makan 75 gram glukosa
·
Jika 2 jam pp tidak
diukur, status diabetes tidak jelas, dan IGT tidak bisa dikeluarkan
2.6 Faktor Pencetus
Faktor bibit merupakan penyebab utama timbulnya penyakit
diabetes di samping penyebab lain seperti infeksi,kehamilan dan obat-obatan.
Tetapi meskipun demikain, pada orang dengan bibit
diabetes,belumlah menjamin timbulnya penyakit dibetes.
Masih mungkin bibit ini tidak menampakkan diri secara nyata sampai akhir
hayatnya.
Beberpa faktor yang dapat menyuburkan dan sering
merupakan faktor pencetus diabetes melitus ialah :
1.
Kurang gerak /
malas
2.
Makanan berlebihan
3.
Kehamilan
4.
Kekurangan produksi
hormon insulin
5.
Penyakit hormon
yang kerjanya berlawanan dengan insulin
Secara singkat factor-faktor yang mempertinggi
risiko diabetes adalah
1. Kelainan
genetika
Diabetes dapat menurun menurut silsilah keluarga
yang mengidap diabetes, karena kelainan gen yang mengakibatkan tubuhnya tidak
dapat menghasilkan insulin dengan baik. Tetapi risikonya terkena diabetes juga
tergantung pada factor kelebihan berat badan, stress, dan kurang bergerak.
2. Usia
Umumnya manusia mengalami perubahan fisiologi yang
secara drastic menurun dengan cepat setelah usia 40 tahun. Diabetes sering
muncul setelah seseorang memasuki usia rawan tersebut, terutama setelah usia 45
tahun pada mereka yang berat badanya berlebih, sehingga tubuhnya tidak peka
lagi terhadap insulin.
3. Gaya
hidup stress
Stress kronis cenderung membuat seseorang mencari
makanan yang manis-manis dan berlemak tinggi untuk meningkatkan kadar serotonin
otak. Serotonin ini memiliki efek penenang sementara untuk meredakan stresnya.
Tetapi gula dan lemak itulah yang berbahaya bagi mereka yang beresiko kena
diabetes.
4. Pola
makan yang salah
Kurang gizi atau kelebihan berat badan sama-sama
meningkatkan risiko kena diabetes. Kurang gizi (mal nutrisi) dapat merusak
pancreas, sedangkan obesitas (gemuk berlebihan) mengakibatkan gangguan kerja
insulin (retensi insulin).
Kurang gizi dapat terjadi selama kehamilan, masa
anak-anak, dan pada usia dewasa akibat diet ketat berlebihan. Sedangkan kurang
gizi pda janinmungkin terjadi karena ibunya merokok atau mengkonsumsi alcohol
semasa hamilnya.
Sebaliknya, obesitas bukan karena makanan yang manis
atau kaya lemak, tetapi lebih disebabkan jumlah konsumsi yang terlalu banyak,
sehongga cadangan gula darah yang disimpan didalam tubuh sangant berlebihan.
Sekitar 80% penderita diabetes tipe II
adalah mereka yang tergolong gemuk.
2.7
Pengobatan
Diabetes Melitus
Secara garis
besar pengobatan dilakukan dengan:
1. latihan
jasmani
latihan jasmani dalam bentuk olah raga menimbulkan
penurunan kadar gula darah yang disebabkan oleh karena peninggian penggunaan
glukosa didaerah perifer. Tetapi bila kadar gula darah tinggi > 18 mmol/
320mg% dan bila ada ketosis, olahraga sebaiknya akan menyebabkan keadaan
diabetes lebih parah, gula dan ketonemia akan meninggi karena bertambahnya
glukoneogenesis dan ketosis dalam hepar. Dianjurkan latihan jasmani secara
teratur (3-4 kali seminggu) selama kurang lebih 30 menit, yang sifatnya sesuai
CRIPE (Continuous, Rhythmical, Interval, Progressive, Endurance,Training).
Sedapat mungkin mencapai zona sasaran 75-85% denyaut nadi maksimal (220- umur),
disesuaikan dengan kemampuan dan kondisi penyakit penyerta. Sebagai contoh
olahraga ringan adalah berjalan kaki biasa selamam 30 menit, olahraga sedang
adalah berjalan cepat selama 20 menit dan oalhraga berat misalnya jogging.
2. Obat-obatan
Obat
antidiabetic oral dibagi menjadi 2 golongan yaitu :
ü golongan
Sulfonilurea
Golongan sulfonylurea bekerja dengan cara merangsang
sel beta pancreas untuk mengeluarkan insulin
a. menghalangi
pengikatan insulin
b. mempertinggi
kepekaan jaringan terhadap insulin
c. menekan
pengeluaran glucagon
Sulfonilurea golongan I
·
Klorpropamid
(Diabenese)
Indikasi : NIDDM
Kontra-indikasi : diabetes juveil, NIDDM berat atau tidak
stabil. Ketoasidosis, pembedahan, infeksi berat, trauma, ggn fungsi hati,
ginjal atau tiroid. Hamil.
Bentuk sediaan & dosis : tablet 100 mg ; tablet 250 mg
dan pasien paruh baya 250 mg/hari, usia lebih tua 100-125 mg/hari. Aturan pakai
3 x sehari bersama makanan.
Efek samping : ikterus kolestatik, reaksi seperti
disulfiram, mual, muntah, diare, anoreksia.
Resiko khusus : pada penderita gangguan fungsi ginjal dan
wanita menyusui.
Sulfonilurea golongan II
·
Glipizid
(Aldiab)
Indikasi : NIDDM
Kontra-indikasi : DM ketoasidosis dengan atau
tanpa koma, juvenile DM, ggn fungsi ginjal, hati yang berat.
Bentuk sediaan & dosis : tab 5 mg dan dosis
awal 15-30 mg 1x /hari sebelum makan pagi, dosis ditambah 2,5-5 mg tergantung
kadar gula darah.
Efek samping : ggn GI, hipoglikemik, reaksi
alergi kulit eritema, erupsi makulopapular, urtikaria, pruritus, eksema,
porfiria, fotosensitifitas. Reaksi seperti disulfiram. Reaksi hematologik:agranulositois,leukopenia,trombositopenia,
anemia plastesik, anemia hemolitik, pansetopenia, pusing, mengantuk, sakit
kepala. Peningkatan AST, LDH, alkaline phosphatese, BUN & kreatinin.
Resiko khusus : penderita hati, ginjal dan wanita hamil.
·
Glimepirid
(Amadiab)
Indikasi : DM tipe II (NIDDM)
Kontra-indikasi : DM tipe 1, diabetik
ketoasidosis, prekoma atau koma diabetikum, hipersensitif terhadap glimepirid,
hamil, laktasi.
Bentuk sediaan & dosis : kapl 1 mg; 2 mg; 3
mg; 4 mg. Dosis 1 mg 1 x/hari dosis dinaikkan selama 1-2 minggu.
Efek samping : hipoglikemik, ggn visual
sementara, ggn GI, kerusakan hati. Trombopenia, leukopenia.
Resiko khusus : hipersensitif & ggn fungsi hati.
·
Glibenclamide
( Prodiabet)
Indikasi : NIDDM
Kontra-indikasi : IDDM, ketoasidosis, infeksi
berat, stress, trauma, ggn ginjal, hati atau tiroid berat, porifia akut.
Bentuk sediaan & dosis : tablet 5 mg. Dosis awal 2,5
mg/hari, ditingkatkan 2,5 mg.
Efek samping : ikterus kolestasis, alergi
dermatologi & reaksi hematologi, ggn GI, sakit kepala, pusing, parestesia.
Resiko khusus : usia lanjut & hipoglikemia.
Indikasi pemberian golongan ini adalah:
a. bila
berat badan sekitar ideal
b. bila
kebutuhan insulin kurang dari 40 u/hari
c. bila
tidak ada stress akut misalnya infeksi berat atau operasi
Efek samping golongan Sulfonilurea:
1. mual,
muntah sakit kepala, vertigo dan demam
2. rasa
pada kulit dermatitis, pruritis
3. kelainan,
hermatologik: lekopeni, trombosittopeni dan enemia
3. Penyuluhan
Penyuluhan untuk rencana pengelolaan sangat penting
untuk memdapatkan hasil yang maksimal. Edukasi diabetes adalah pendidikan dan
pelatihan mengenai pengetahuan dan keterampilan bagi pasien diabetes yang
bertujuan menunjang perubahan perilaku untuk meningkatkan pemahaman pasien akan
penyakitnya, yang diperlukan untuk mencapai keadaan sehat optimal, dan
penyesuaian keadaan sehat optimal, dan penyesuaian keadaan psikologik serta
kualitas hidup yang lebih baik. Edukasi merupakan bagian integral dari asuhan
perawatan pasien diabetes.
Tujuan
dari penyuluhan penyakit diabetes mellitus ialah:
1. Meningkatakan
pengetahuan
2. Mengubah
sikap
3. Mengubah
perilaku serta meningkatkan kepatuhan
4. Mengubah
kualitas hidup
Metode penyuluhan :
1. diskusi
2. Penyediaan bahan-bahan penyuluhan
3. penggunaan media(TV, radio, poster, leaflet,dsb)
BAB III
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
1. Patofisiologi
penyakit Diabetes Melitus adalah :
a. Patofisologi
diabetes mellitus tipe 1
Insulin pada diabetes mellitus tipe 1 tidak ada, ini
disebabkan oleh karena pada jenis ini timbul reaksi otoimun yang disebabkan
adanya peradangan pada sel beta insulitis.
b. Patofisiologi
diabetes mellitus tipe 2
Pada diabetes mellitus tipe 2 jumlah insulin normal
malah mungkin lebih banyak tetapi jumlah reseptor insulin yang terdapat pada
permukaan sel yang kurang. Reseptor insulin ini dapat diibaratkan sebagai
lubang kunci pintu masuk ke dalam sel.
2. Klasifikasi
penyakit Diabetes Melitus adalah :
a. Diabetes
Melitus Tipe 1 : diabetes mellitus tergantung insulin ( Insulin Dependent
Diabetes Melitus/IDDM)
b. Diabetes
Melitus Tipe 2: diabetes mellitus tidak tergantung insulin (Non – Insulin
Dependent Diabetes Melitus/NIDDM)
3. Diagnosa
penyakit Diabetes Melitus adalah :
Menurut Utami P,(2003) Diabetes mellitus dapat
didiagnosis secara baik melalui pemeriksaan laboratorium dengan melakukan
pemeriksaan darah. Kriteria diagnosa Diabetes mellitus diambil dari keputusan
organisasi kesehatan dunia (WHO) yaitu berdasarkan kadar gula atau glukosa
darah.
4. Pengobatan
penyakit Diabetes Melitus adalah :
a. Latihan
jasmani
b. Obat
obatan
c. Penyuluhan
3.2
Saran
Sesuai dengan perkembangan zaman maka akan memicu
timbulnya penyakit seperti yang disebabkan oleh prilaku dan pola hidup yang
salah.Salah satu contohnya adalah penyakit Diabetes Melitus.Untuk itu perlu
pencegahan sejak dini dalam menghindari penyakit Diabetes Melitus dengan menjaga dan meningkatkan kesehatan masyarakat
dimulai dari lingkungan keluarga dengan cara melakukan pola makan dan pola
hidup sehat.
DAFTAR PUSTAKA
Febriyatri,Diena.2009
Peningkatan
Kasus Penyakit Diabetes Mellitus di Instalasi Rawat Jalan Penyakit dalam Rumah
Sakit Dokter Mohammad Hoesin Palembang.
STIK Bina Husada. Palembang
http://yosefw.wordpress.com/2007/12/27/penggunaan-antidiabetik-oral-gol-sulfonilurea-pada-diabetes-mellitus/
Suci
Raplia,Serni. 2011
Hubungan
Determinan Penderita dengan Kejadian Diabetes Mellitus Pasien Rawat Jalan di
RSUD Palembang Bari Tahun 2011.
STIK Bina Husada. Palembang
Tidak ada komentar:
Posting Komentar