Senin, 14 Januari 2013

makalah DM


MAKALAH SURVEILANS EPIDEMIOLOGI
Tentang
DIABETES MELITUS



 


            



Disusun Oleh                   : 1.  Darmi
 2. Debi Mizwar
 3. Juwita Ningsih
 4. Syafira Hasanah
Kelas                                : PSKM 5 Internasional 1 (Satu)
Dosen pembimbing         : Yudi Setiawan SKM,M.Epid


PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
BINA HUSADA PALEMBANG
2012
KATA PENGANTAR

            Puji syukur kami panjatkan atas kehadiran ALLAH SWT, berkat rahmat dan karunia_Nya jualah, kami dapat menyelesaikan makalah tentang Diabetes Melitus.
             Makalah ini dibuat berdasarkan hasil pencarian yang telah kami dapatkan. Dan kami juga mengucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing yang telah memberikan bimbingan kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan pembuatan makalah ini.
            Adapun maksud dari penulisan makalah ini adalah sebagai tugas yang diberikan oleh dosen pembimbing dan untuk menambah pengetahuan kami tentang Diabetes Melitus.
            Dalam penulisan makalah ini kami menyadari bahwa banyak kekurangan, untuk itu kritik dan saran yang sifatnya membangun dari pembaca yang sangat bermanfaat diperlukan demi kesempurnaan makalah selanjutnya. Kami juga mengharapkan  semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua  khususnya kami sebagai penulis dan diharapkan ALLAH SWT akan membalas segala kebaikan kita. Amin yaa Robal Alamin.
Palembang, Oktober 2012
Penyusun
DAFTAR ISI
Kata Pengantar................................................................................................. i
Daftar Isi............................................................................................................ ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang...............................................................................    1
1.2  Rumusan Masalah...........................................................................    3
1.3  Tujuan…………………………………………………………….    3
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Diabetes Melitus………………………...……………   4
2.2 Patofisiologi penyakit Diabetes Melitus…………………………   5
2.3 Klasifikasi penyakit Diabetes Melitus ..…………………….……. 7
2.4 Tanda dan gejala penyakit Diabetes Melitus……………………..  8
2.5 Diagnosa Penyakit Diabetes Melitus…………………………..….  9
2.6 Faktor Pencetus penyakit Diabetes Melitus……………………... 11
2.7 Pengobatan penyakit Diabetes Melitus……………………….…. 13
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan………………………………………………………  19
3.2 Saran............................................................................................... 20
DAFTAR PUSTAKA


BAB I
PENDAHULUAN

1.1   Latar Belakang
Diabetes Mellitus adalah salah satu diantara penyakit degenerative yang berkaitan erat dengan penyakit metabolisme dan cenderung akan mengalami peningkatan, sehingga dampak adanya pergeseran perilaku pola konsumsi gizi makanan. (Singgih B, et al. 2003)
Diabetes Mellitus (DM) merupakan salah satu masalah kesehatan yang
berdampak pada produktivitas dan dapat menurunkan Sumber Daya Manusia.
Penyakit ini tidak hanya berpengaruh secara individu, tetapi sistem kesehatan
suatu negara. Walaupun belum ada survei nasional, sejalan dengan perubahan
gaya hidup termasuk pola makan masyarakat Indonesia diperkirakan penderita
Diabetes mellitus ini semakin meningkat, terutama pada kelompok umur dewasa keatas pada seluruh status sosial ekonomi. Saat ini upaya penanggulangan penyakit Diabetes mellitus belum menempati skala prioritas utama dalam pelayanan kesehatan,walaupun diketahui dampak negatif yang ditimbulkannya cukup besar antara lain komplikasi kronik pada penyakit jantung kronis, hipertensi, otak, system saraf, hati, mata dan ginjal.
Keberhasilan upaya pembangunan kesehatan dapat diukur dengan menurunnya angka kesakitan, angka kematian umum dan bayi, serta meningkatnya umur harapan hidup (UHH), namun masa transisi demografi akibat keberhasilan upaya menurunkan angka kematian dapat menimbulkan transisi epidemiologis, sehingga pola penyakit bergeser dari infeksi akut penyakit degenerative yang menahun.
Menurut WHO angka penyandang penyakit yang popular dengan sebutan kencing manis memang cukup fantastis, yaitu menempati urutan ke 4 terbesar di dunia. Menurut data WHO, dunia kini didiami oleh 171 juta penderita diabtes mellitus (2000) dan akan meningkat dua kali menjadi 366 juta pada tahun 2030. Dari 50% yang sadar mengidapnya, hanya 30% yang rutin berobat. Kecenderungan peningkatan prevalensi akan membawa perubahan posisi diabetes mellitus semakin menonjol, yang ditandai dengan perubahan atau kenaikan peningkatannya dikelompok 10 besar (leading diseases). Selain itu diabetes mellitus makin member kontribusi yang lebih besar terhadap kematian ( ten diseases leading cause of death). (Bustan, 2007)






1.2  Rumusan Masalah
1.      Bagaimana patofisiologi penyakit Diabetes Melitus ?
2.      Apa saja klasifikasi penyakit Diabetes Melitus ?
3.      Bagaimana diagnosa penyakit Diabetes Melitus ?
4.      Bagaimana cara pengobatan Diabetes Melitus
13.  Tujuan
1.      Untuk mengetahui bagaimana patofisiologi penyakit Diabetes Melitus
2.      Untuk mengetahui klasifikasi penyakit Diabetes Melitus
3.      Untuk mengetahui bagaimana diagnosa penyakit Diabetes Melitus
4.      Untuk mengetahui bagaimana cara pengobatan Diabetes Melitus
BAB II
PEMBAHASAN

2.1  Pengertian Diabetes Melitus
Diabetes mellitus, DM (bahasa Yunani: διαβαίνειν, diabaínein, tembus atau pancuran air) (bahasa Latin: mellitus, rasa manis) yang juga dikenal di Indonesia dengan istilah penyakit kencing gula adalah kelainan metabolis yang disebabkan oleh banyak faktor, dengan simtoma berupa hiperglisemia kronis dan gangguan metabolisme karbohidrat, lemak dan protein.
Menurut American Diabetes Asosiation (ADA) 2003, diabetes itu merupkan suatu kelompok penyakit metabolic dengan karakteristik hyperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau kedua-duanya. Sedangkan menurut WHO tahun 1980 diabetes mellistus merupakan suatu yang tidak dapat dituangkan dalam satu jawaban yang jelas dan singkat tetapi secara umum dapat dikatakan sebagai suatu kumpulan problema anatomi dan kimiawi yang merupakan akibat dari sejumlah faktor dimana didapat defisiensi insulin absolute atau relative dan gangguan fungsi insulin.
Diabetes mellitus merupakan sekelompok kelainan yang ditandai oleh peningkatan kadar glukosa darah( hyperglikemia) mungkin terdapat penurunan dalam kemampuan tubuh untuk merespon terhadap insulin dan atau penurunan atau tidak terdapatnya pembentukan oleh pancreas ( Burnner dan suddarrth, 2003)
2.2  Patofisiologi
            Pada  manusia bahan bakar itu berasal dari bahan makanan yang kita makan sehari-hari, yang terdiri dari karbohidrat ( gula dan tepung-tepungan), protein (asam amino) dan lemak (asam lemak). Pengolahan bahan makanan dimulai dari mulut kemudian ke lambung dan selanjutnya ke usus. Di dalam saluran pencernaan, makanan yang terdiri dari karbohidrat dipecah menjadi glukosa, protein dipecah menjadi asam amino dan lemak menjadi asam lemak. Ketiga zat makanan itu diedarkan ke seluruh tubuh untuk dipergunakan oleh organ-organ di dalam tubuh sebagai energy. Supaya berfungsi sebagai energy zat makanan itu harus diolah, dimana glukosa dibakar melalui proses kimia yang menghasilkan energy yang disebut metabolisme. Dalam proses metabolisme insulin memegang peranan penting yaitu memasukkan glukosa ke dalam sel yang digunakan sebagai bahan bakar ( FKUI, Depkes, WHO, 2004)
Insulin yang dikeluarkan oleh sel beta tadi dapat diibaratkan sebagai anak kunci yang dapat membuka pintu masuknya glukosa ke dalam sel, untuk kemudian di dalam sel glukosa itu di metabolismekan menjadi tenaga. Bila insulin tidak ada, maka glukosa dapat masuk ke sel dengan akibat glukosa akan tetap berada didalam pembuluh darah yang artinya kadarnya didalam darah meningkat. Dalam keadaan seperti ini badan akan menjadi lemah karena tidak ada sumber energy di dalam sel. Inilah yang terjadi pada diabetes mellitus tipe 1.


2.2.1        Patofisologi diabetes mellitus tipe 1
Insulin pada diabetes mellitus tipe 1 tidak ada, ini disebabkan oleh karena pada jenis ini timbul reaksi otoimun yang disebabkan adanya peradangan pada sel beta insulitis. Ini menyebabkan timbulnya antibody terhadap sel beta yang disebut ICA ( Islet Cell Antibody). Reaksi antigen (sel beta) dengan antibody ditimbulkannya menyebabkan hancurnya sel beta.
2.2.2        Patofisiologi diabetes mellitus tipe 2
Pada diabetes mellitus tipe 2 jumlah insulin normal malah mungkin lebih banyak tetapi jumlah reseptor insulin yang terdapat pada permukaan sel yang kurang. Reseptor insulin ini dapat diibaratkan sebagai lubang kunci pintu masuk ke dalam sel.
            Penyebab resistensi insulin pada diabetes mellitus tipe 2 sebenarnya tidak begitu jelas, tetapi faktor-faktor dibawah ini bayak berperan:
ü   obesitas terutama bersifat sentral ( bentuk apel)
ü  Diet tinggi lemak dan rendah karbohidrat
ü  Kurang gerak badan
ü  Factor keturunan



2.3  Klasifikasi Diabetes Melitus
            Ada beberapa tipe Diabetes Melitus yang berbeda. Penyakit ini dibedakan berdasarkan penyebab, perjalanan klinik dan terapinya. Klasifikasi Diabetes Melitus yang utama adalah:
2.3.1        Diabetes Melitus Tipe 1 : diabetes mellitus tergantung insulin ( Insulin Dependent Diabetes Melitus/IDDM)
Kurang dari 5-10% penderita mengalami diabetes yang tergantung insulin. Pada diabetes jenis ini, sel-sel beta pancreas yang dalam keadaan normal menghasilkan hormon insulin dihancurkan oleh suatu proses autoimun. Sebagai akibatnya, penyuntikan insulin diperlukan untuk mengendalikan kadar gula darah.
2.3.2        Diabetes Melitus Tipe 2: diabetes mellitus tidak tergantung insulin (Non – Insulin Dependent Diabetes Melitus/NIDDM)
Kurang dari 90-95% penderita mengalami diabetes tipe 2, yaitu diabetes yang tidak tergantung insulin. Diabtes tipe 2 terjadi akibat penurunan sensitifitas insulin ( retensi insulin). Sebagian besar penderita diabetes tipe 2, obat oral tidak mengendalikan keadaan hyperglikemia. Sebagian penderita diabetes tipe 2 dapat mengendalikan diabetesnya dengan diet, latihan, obat hypoglikemia oral dan mungkin memerlukan penyuntikan insulin dalam periode stress fisiologi akut seperti sakit atau pembedahan.


2.4  Tanda dan gejala diabetes
·         Gejala khas
1.      Gejala khas
a.       Poliuria (sering kencing terutama di malam hari)
b.      Poliphagia (banyak makan atau cepat lapar)
c.       Polidipsia (rasa haus yang berlebihan)
2.      Gejala lain
a.       Kelainan kulit seperti gatal dan bisul. Biasanya, bagian tubuh yang terasa gatal adalah daerah genital atau daerah lipatan kulit,seperti ketiak bawah payudara dan pelipatan paha.
b.      Katarak atau gangguan refraksi akibat perubahan-perubahan pada lensa akibat akibat hiperglikemia
c.       Kelainan ginekologi,seperti keputihan yang di akibatkan adanya jamur candida dan kelainan pola haid.
d.      Impotensi pada laki-laki
e.       Kesemutan dan mati rasa (baal) pada jari tangan dan kaki yang di akibatkan neuropati.
f.       Luka atau bisul yang tak kunjung sembuh, meskipun luka hanya timbul karena hal sepele,seperti luka lecet.
g.      Tubuh merasa lemah dan mudah merasa lelah
h.      Berat badan menurun tanpa penyebab khusus.

2.5  Diagnosa Diabetes Mellitus
Menurut Utami P,(2003) Diabetes mellitus dapat didiagnosis secara baik melalui pemeriksaan laboratorium dengan melakukan pemeriksaan darah. Kriteria diagnosa Diabetes mellitus diambil dari keputusan organisasi kesehatan dunia (WHO) yaitu berdasarkan kadar gula atau glukosa darah. Diagnosa diabetes millitus dapat di tetapkan dengan mengukur kadar glukosa darah ketika puasa dan 1-2 jam setelah meminum larutan glukosa 75 gram (tes toleransi oral). Kadar glukosa darah ketika puasa menunjukan keadaan pruduksi insulin tubuh yang bersifat basal atau dasar. Beberapa parameter yang dapat digunakan untuk mendiagnosis diabetes mellitus adalah sebagai berikut :
a.       Seorang dikatakan menderita diabetes mellitus,jika kadar gula darah sewaktu ≥200 mg/dl. (gula darah sewaktu adalah kadar glukosa darah pada suatu saat yang dapat berubah sepanjang hari dengan jumlah karbohidrat yang dimakan.
b.      Seseorang dikatakan menderita diabetes mellitus jika kadar glukosa darah ketika puasa > 126 mg/dl atau 2 jam setelah meminum larutan glukosa 75 gram menunjukkan kadar glukosa darah >200 mg/dl.(puasa = tidak ada masukan makanan atau kalori sejak 10 jam terakhir).
c.       Seseorang dikatakan normal atau tidak menderita diabetes mellitus jika kadar glukosa darah ketika puasa adalah < 110 mg/dl,kadar glukosa darah 1 jam
Rekomendasi WHO kriteria diagnosis diabetes mellitus dan hipoglikemia intermediate :
Jenis pemeriksaan
Nilai normal
Diabetes :
·         Glukosa puasa
·         Glukosa 2 jam pp

> =  7.0 mmol/1 (126mg/dl), atau
> = 11.1 mmol (200mg/dl)
Impaired glucose tolerance (IGT)
·         Glukosa puasa
·         Glukosa 2 jam pp

< = 7.0 mmol/1 (126)mg/dl, dan
> = 7.8 mmol/1 dan < 11.1 mmol (140 mg/dl dan 2000 mg/dl)
Impaired fasting glucose (IFG)
·         Glukosa puasa
·         Glukosa 2 jam pp

 6.1 – 6.9 mmol/1 (110 – 125 mg/dl), dan
           < 7.8 mmol/1 (140 mg/dl)

+ glukosa plasma vena 2 jam setelah makan 75 gram glukosa
·         Jika 2 jam pp tidak diukur, status diabetes tidak jelas, dan IGT tidak bisa dikeluarkan




2.6  Faktor Pencetus
Faktor bibit merupakan penyebab utama timbulnya penyakit diabetes di samping penyebab lain seperti infeksi,kehamilan dan obat-obatan.  Tetapi meskipun demikain, pada orang dengan bibit diabetes,belumlah menjamin timbulnya penyakit dibetes. Masih mungkin bibit ini tidak menampakkan diri secara nyata sampai akhir hayatnya.
Beberpa faktor yang dapat menyuburkan dan sering merupakan faktor pencetus diabetes melitus ialah :
1.      Kurang gerak / malas
2.      Makanan berlebihan
3.      Kehamilan
4.      Kekurangan produksi hormon insulin
5.      Penyakit hormon yang kerjanya berlawanan dengan insulin
Secara singkat factor-faktor yang mempertinggi risiko diabetes adalah
1.      Kelainan genetika
Diabetes dapat menurun menurut silsilah keluarga yang mengidap diabetes, karena kelainan gen yang mengakibatkan tubuhnya tidak dapat menghasilkan insulin dengan baik. Tetapi risikonya terkena diabetes juga tergantung pada factor kelebihan berat badan, stress, dan kurang bergerak.

2.      Usia
Umumnya manusia mengalami perubahan fisiologi yang secara drastic menurun dengan cepat setelah usia 40 tahun. Diabetes sering muncul setelah seseorang memasuki usia rawan tersebut, terutama setelah usia 45 tahun pada mereka yang berat badanya berlebih, sehingga tubuhnya tidak peka lagi terhadap insulin.
3.      Gaya hidup stress
Stress kronis cenderung membuat seseorang mencari makanan yang manis-manis dan berlemak tinggi untuk meningkatkan kadar serotonin otak. Serotonin ini memiliki efek penenang sementara untuk meredakan stresnya. Tetapi gula dan lemak itulah yang berbahaya bagi mereka yang beresiko kena diabetes.
4.      Pola makan yang salah
Kurang gizi atau kelebihan berat badan sama-sama meningkatkan risiko kena diabetes. Kurang gizi (mal nutrisi) dapat merusak pancreas, sedangkan obesitas (gemuk berlebihan) mengakibatkan gangguan kerja insulin (retensi insulin).
Kurang gizi dapat terjadi selama kehamilan, masa anak-anak, dan pada usia dewasa akibat diet ketat berlebihan. Sedangkan kurang gizi pda janinmungkin terjadi karena ibunya merokok atau mengkonsumsi alcohol semasa hamilnya.
Sebaliknya, obesitas bukan karena makanan yang manis atau kaya lemak, tetapi lebih disebabkan jumlah konsumsi yang terlalu banyak, sehongga cadangan gula darah yang disimpan didalam tubuh sangant berlebihan. Sekitar 80% penderita diabetes tipe II  adalah mereka yang tergolong gemuk.
2.7    Pengobatan Diabetes Melitus
Secara garis besar pengobatan dilakukan dengan:
1.      latihan jasmani
latihan jasmani dalam bentuk olah raga menimbulkan penurunan kadar gula darah yang disebabkan oleh karena peninggian penggunaan glukosa didaerah perifer. Tetapi bila kadar gula darah tinggi > 18 mmol/ 320mg% dan bila ada ketosis, olahraga sebaiknya akan menyebabkan keadaan diabetes lebih parah, gula dan ketonemia akan meninggi karena bertambahnya glukoneogenesis dan ketosis dalam hepar. Dianjurkan latihan jasmani secara teratur (3-4 kali seminggu) selama kurang lebih 30 menit, yang sifatnya sesuai CRIPE (Continuous, Rhythmical, Interval, Progressive, Endurance,Training). Sedapat mungkin mencapai zona sasaran 75-85% denyaut nadi maksimal (220- umur), disesuaikan dengan kemampuan dan kondisi penyakit penyerta. Sebagai contoh olahraga ringan adalah berjalan kaki biasa selamam 30 menit, olahraga sedang adalah berjalan cepat selama 20 menit dan oalhraga berat misalnya jogging.



2.      Obat-obatan
Obat antidiabetic oral dibagi menjadi 2 golongan yaitu :
ü  golongan Sulfonilurea
Golongan sulfonylurea bekerja dengan cara merangsang sel beta pancreas untuk mengeluarkan insulin
a.       menghalangi pengikatan insulin
b.      mempertinggi kepekaan jaringan terhadap insulin
c.       menekan pengeluaran glucagon
Sulfonilurea golongan I
·         Klorpropamid (Diabenese)
Indikasi : NIDDM
Kontra-indikasi : diabetes juveil, NIDDM berat atau tidak stabil. Ketoasidosis, pembedahan, infeksi berat, trauma, ggn fungsi hati, ginjal atau tiroid. Hamil.
Bentuk sediaan & dosis : tablet 100 mg ; tablet 250 mg dan pasien paruh baya 250 mg/hari, usia lebih tua 100-125 mg/hari. Aturan pakai 3 x sehari bersama makanan.
Efek samping : ikterus kolestatik, reaksi seperti disulfiram, mual, muntah, diare, anoreksia.
Resiko khusus : pada penderita gangguan fungsi ginjal dan wanita menyusui.
Sulfonilurea golongan II
·         Glipizid (Aldiab)
Indikasi : NIDDM
Kontra-indikasi : DM ketoasidosis dengan atau tanpa koma, juvenile DM, ggn fungsi ginjal, hati yang berat.
Bentuk sediaan & dosis : tab 5 mg dan dosis awal 15-30 mg 1x /hari sebelum makan pagi, dosis ditambah 2,5-5 mg tergantung kadar gula darah.
Efek samping : ggn GI, hipoglikemik, reaksi alergi kulit eritema, erupsi makulopapular, urtikaria, pruritus, eksema, porfiria, fotosensitifitas. Reaksi seperti disulfiram. Reaksi hematologik:agranulositois,leukopenia,trombositopenia, anemia plastesik, anemia hemolitik, pansetopenia, pusing, mengantuk, sakit kepala. Peningkatan AST, LDH, alkaline phosphatese, BUN & kreatinin.
Resiko khusus : penderita hati, ginjal dan wanita hamil.
·         Glimepirid (Amadiab)
Indikasi : DM tipe II (NIDDM)
Kontra-indikasi : DM tipe 1, diabetik ketoasidosis, prekoma atau koma diabetikum, hipersensitif terhadap glimepirid, hamil, laktasi.
Bentuk sediaan & dosis : kapl 1 mg; 2 mg; 3 mg; 4 mg. Dosis 1 mg 1 x/hari dosis dinaikkan selama 1-2 minggu.
Efek samping : hipoglikemik, ggn visual sementara, ggn GI, kerusakan hati. Trombopenia, leukopenia.
Resiko khusus : hipersensitif & ggn fungsi hati.
·         Glibenclamide ( Prodiabet)
Indikasi : NIDDM
Kontra-indikasi : IDDM, ketoasidosis, infeksi berat, stress, trauma, ggn ginjal, hati atau tiroid berat, porifia akut.
Bentuk sediaan & dosis : tablet 5 mg. Dosis awal 2,5 mg/hari, ditingkatkan 2,5 mg.
Efek samping : ikterus kolestasis, alergi dermatologi & reaksi hematologi, ggn GI, sakit kepala, pusing, parestesia.
Resiko khusus : usia lanjut & hipoglikemia.

Indikasi pemberian golongan ini adalah:
a.       bila berat badan sekitar ideal
b.      bila kebutuhan insulin kurang dari 40 u/hari
c.       bila tidak ada stress akut misalnya infeksi berat atau operasi
Efek samping golongan Sulfonilurea:
1.      mual, muntah sakit kepala, vertigo dan demam
2.      rasa pada kulit dermatitis, pruritis
3.      kelainan, hermatologik: lekopeni, trombosittopeni dan enemia

3.      Penyuluhan
Penyuluhan untuk rencana pengelolaan sangat penting untuk memdapatkan hasil yang maksimal. Edukasi diabetes adalah pendidikan dan pelatihan mengenai pengetahuan dan keterampilan bagi pasien diabetes yang bertujuan menunjang perubahan perilaku untuk meningkatkan pemahaman pasien akan penyakitnya, yang diperlukan untuk mencapai keadaan sehat optimal, dan penyesuaian keadaan sehat optimal, dan penyesuaian keadaan psikologik serta kualitas hidup yang lebih baik. Edukasi merupakan bagian integral dari asuhan perawatan pasien diabetes.

Tujuan dari penyuluhan penyakit diabetes mellitus ialah:
1.      Meningkatakan pengetahuan
2.      Mengubah sikap
3.      Mengubah perilaku serta meningkatkan kepatuhan
4.      Mengubah kualitas hidup
Metode penyuluhan :
1. diskusi
2. Penyediaan bahan-bahan penyuluhan
3. penggunaan media(TV, radio, poster, leaflet,dsb)


BAB III
PENUTUP

3.1    Kesimpulan
1.      Patofisiologi penyakit Diabetes Melitus adalah :
a.       Patofisologi diabetes mellitus tipe 1
Insulin pada diabetes mellitus tipe 1 tidak ada, ini disebabkan oleh karena pada jenis ini timbul reaksi otoimun yang disebabkan adanya peradangan pada sel beta insulitis.
b.      Patofisiologi diabetes mellitus tipe 2
Pada diabetes mellitus tipe 2 jumlah insulin normal malah mungkin lebih banyak tetapi jumlah reseptor insulin yang terdapat pada permukaan sel yang kurang. Reseptor insulin ini dapat diibaratkan sebagai lubang kunci pintu masuk ke dalam sel.
2.      Klasifikasi penyakit Diabetes Melitus adalah :
a.       Diabetes Melitus Tipe 1 : diabetes mellitus tergantung insulin ( Insulin Dependent Diabetes Melitus/IDDM)
b.      Diabetes Melitus Tipe 2: diabetes mellitus tidak tergantung insulin (Non – Insulin Dependent Diabetes Melitus/NIDDM)

3.      Diagnosa penyakit Diabetes Melitus adalah :
Menurut Utami P,(2003) Diabetes mellitus dapat didiagnosis secara baik melalui pemeriksaan laboratorium dengan melakukan pemeriksaan darah. Kriteria diagnosa Diabetes mellitus diambil dari keputusan organisasi kesehatan dunia (WHO) yaitu berdasarkan kadar gula atau glukosa darah.
4.      Pengobatan penyakit Diabetes Melitus adalah :
a.       Latihan jasmani
b.      Obat obatan
c.       Penyuluhan

3.2    Saran
Sesuai dengan perkembangan zaman maka akan memicu timbulnya penyakit seperti yang disebabkan oleh prilaku dan pola hidup yang salah.Salah satu contohnya adalah penyakit Diabetes Melitus.Untuk itu perlu pencegahan sejak dini dalam menghindari penyakit Diabetes Melitus dengan  menjaga dan meningkatkan kesehatan masyarakat dimulai dari lingkungan keluarga dengan cara melakukan pola makan dan pola hidup sehat.

 
DAFTAR PUSTAKA

Febriyatri,Diena.2009
Peningkatan Kasus Penyakit Diabetes Mellitus di Instalasi Rawat Jalan Penyakit dalam Rumah Sakit Dokter Mohammad Hoesin Palembang. STIK Bina Husada. Palembang
http://yosefw.wordpress.com/2007/12/27/penggunaan-antidiabetik-oral-gol-sulfonilurea-pada-diabetes-mellitus/
Suci Raplia,Serni. 2011
Hubungan Determinan Penderita dengan Kejadian Diabetes Mellitus Pasien Rawat Jalan di RSUD Palembang Bari  Tahun 2011. STIK Bina Husada. Palembang







Tidak ada komentar:

Posting Komentar